A. Sejarah
Jahe merupakan tanaman obat dan rempah
berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan merupakan rimpang dari tanaman
bernama ilmiah Zingiber officinale Rosc. Jahe berasal dari Asia Pasifik
yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh
karena itu kedua bangsa ini disebut sebut sebagai bangsa yang pertama
kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman,bumbu masak dan
obat-obatan tradisional. Tanaman jahe di dunia tersebar di daerah tropis, di
benua Asia dan Kepulauan Pasifik. Akhir-akhir ini jahe dikembangkan di Jamaica,
Brazil, Hawai, Afrika, India, China dan Jepang, Filipina, Australia, Selandia
Baru, Thailand dan Indonesia. Jahe tumbuh di Indonesia ditemukan di semua
wilayah Indonesia yang ditanam secara monokultur dan polikultur. Dalam dunia
perdagangan, penamaan jahe didasarkan kepada daerah asalnya, misal jahe Afrika,
jahe Chochin atau jahe Jamika. Sejak 250 tahun yang lalu, jahe di Cina sudah digunakan
sebagai bumbu dapur dan obat. Di Malaysia, Filipina, dan Indonesia jahe banyak digunakan
sebagai obat tradisional. Sedangkan di Eropa pada abad pertengahan, jahe digunakan
sebagai aroma pada bir.
B. Sistematika dari Klasifikasi
B.1 Klasifikasi Tanaman Jahe
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale Rosc.
Famili Zingiberaceae terdapat di
sepanjang daerah tropis dan sub tropis terdiri atas 47 genera dan 1.400
species. Genus Zingiber meliputi 80 species yang salah satu diantaranya adalah
jahe yang merupakan species paling penting dan paling banyak manfaatnya. Nama
Zingiber berasal dari bahasa Sansakerta ”Singeberi”. Kata ”Singaberi”
dalam Bahasa Sansakerta itu berasal dari Bahasa Arab ”Zanzabil” atau
Bahasa Yunani ”Zingiberi”.
B.2 Deskripsi Tanaman
Jahe
Tanaman jahe tergolong terna berbatang
semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau
jingga. Rimpang jahe berkulit agak tebal membungkus daging umbi yang berserat
dan berwarna coklat beraroma khas. Bentuk daun bulat panjang dan tidak lebar
(sempit). Berdaun tunggal, berbentuk lanset dengan panjang 15–23 mm, lebar 8–15
mm; tangkai daun berbulu, panjang 2-4 mm; bentuk lidah daun memanjang, dengan panjang
7,5–10 mm, dan tidak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan
tanah, berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75–3 kali lebarnya,
sangat tajam; panjang malai 3,5–5 cm, lebar 1,5–1,75 cm gagang bunga hampir
tidak berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang; sisik pada gagang terdapat
5 – 7 buah,berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak
berbulu, panjang sisik 3 – 5 cm. Bunga memiliki 2 kelamin dengan 1 benang sari
dan 3 putik bunga daun pelindung berbentukbundar telur terbalik, bundar pada
ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau
cerah, panjang 2,5 cm,lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 –
2,5 cm, helainya agak sempit,berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan,
panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 –3,5mm,bibir berwarna ungu, gelap,
berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari
berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik ada 2.
B.3
Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis
berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas
jahe, yaitu :
1)
Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas
rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias
dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun
jahe olahan.
2)
Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak
sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan
minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih
pedas, disamping seratnya
tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak
atsirinya.
3)
Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih
kecil dari pada jahe putih kecil. Sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu
dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan
jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
C. Teknik Budidaya
C.1
Pembibitan
a. Persyaratan Bibit
1)
Bibit berkualitas adalah bibit
yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu.
2)
fisiologik (persentase tumbuh
yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang
bebas hama dan penyakit. Olehkarena itu kriteria yang harus dipenuhi antara
lain:
-
Bahan bibit diambil langsung
dari kebun (bukan dari pasar).
-
Dipilih bahan bibit dari
tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
-
Dipilih pula dari tanaman yang
sehat dan kulit rimpang tidak terlukaatau lecet.
b.
Teknik Penyemaian Bibit
1)
Untuk pertumbuhan tanaman yang
serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu
dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan
bedengan.
a. Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen
dijemur sementara (tidak sampaikering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan.
Patahkan rimpangtersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5
matatunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal
bibittersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam
larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menitkemudian
keringkan.Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu.
Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu
sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis,
kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya
sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah
2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran
10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam
rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm.
Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di
atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga
didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan
bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali
disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas.
Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit
hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki
3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
2)
Penyiapan Bibit
Sebelum
ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara
bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan
fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
C.2.
Pengolahan Media Tanam
1)
Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang
optimal harus diperhatikan syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe.
Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan
tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2)
Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah diawali dengan dibajak
sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah
yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah
dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama
akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama
dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua
sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan
dosis 1.500-2.500 kg.
3)
Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air
tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya
tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar
80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
4)
Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian
besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam
keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat
menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp.
Pengapuran juga berfungsi menambah unsur
kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang
berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah
dan merangsang pembentukan biji.
a.
Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b.
Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c.
Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
C.3.
Teknik Penanaman
1)
Penentuan Pola Tanaman
Pembudidayaan jahe secara monokultur
pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu
memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman
jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan
kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a. Mengurangi kerugian yang disebabkan
naik turunnya harga.
b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga
kerja pemeliharaan tanaman.
c. Meningkatkan produktivitas lahan.
d. Memperbaiki sifat fisik dan
mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek di lapangan, ada jahe yang
ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe
rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija,
seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
2)
Pembutan Lubang Tanam
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang
jelek, karena kondisi air tanah
yang
buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat
lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
3)
Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara
melekatkan bibit rimpang secara
rebah ke dalam lubang tanam atau alur
yang sudah disiapkan.
4)
Periode Tanam
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada
awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan
karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
C.4.
Pemeliharaan Tanaman
1)
Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam,
hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera
dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh
tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik
serta pemeliharaan yang benar.
2)
Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan ketika
tanaman jahe berumur 2-4 minggu
kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali.
Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe
berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada
umur tersebut rimpangnya mulai besar.
3)
Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang
peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus
digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang
kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda,
cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30
cm. Pada bulan berikutnya
dapat
diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan
sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan
air.
Pertama kali dilakukan pembumbunan pada
waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya
pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada
kondisi tanah dan banyaknya hujan.
4)
Pemupukan
a.
Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak
menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan
secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang
dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun
pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat
pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang
ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat
juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman
sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2
– 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2
– 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah
kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b.
Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal
penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman
berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20
ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20
gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha)
pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk
nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan
pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan
sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan.
Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam
bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman
5)
Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang
terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam
diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
6)
Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya
dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat
pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur
dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
D. Kegunaan dan Manfaat
Jahe (Zingiber
officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup beragam, antara lain
sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat (Bartley dan
Jacobs 2000). Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati
penyakit rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan,
kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi (Ali et al. 2008; Wang dan
Wang 2005; Tapsell et al. 2006). Jahe biasanya aman sebagai obat herbal
(Weidner dan Sigwart 2001). Dilaporkan juga beberapa efek samping akibat
konsumsi jahe seperti diare ringan atau reaksi alergi ringan. Efek samping
terutama terjadi bila jahe dikonsumsi mentah. Hasil penelitian farmakologi
menyatakan bahwa senyawa antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat
efisien dalam menghambat radikal bebas superoksida dan hidroksil yang
dihasilkan oleh sel-sel kanker, dan bersifat sebagai antikarsinogenik, non-toksik
dan non-mutagenik pada konsentrasi tinggi (Manju dan Nalini 2005).
Jahe
dilaporkan dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan meningkatkan performan
dari jantung selama olah raga, karena memberikan efek relaks dalam tubuh.
Selain itu, dapat mengurangi berat badan dan mengurangi mual dan muntah pada
ibu hamil. Secara invitro telah dibuktikan bahwa bahan aktif dalam jahe
berpotensi dan prospektif untuk mengobati penyakit Alzheimer (Kim et al.
2002), penyakit kronik seperti diabetes (Sekiya et al. 2004), dan
hipertensi (Ghayur dan Gilani 2005). Untuk mencegah mabuk laut, telah dicobakan
supplemen jahe terhadap 1741 orang turis dengan dosis 250 mg setiap 2 jam,
hasilnya menunjukkan sangat efektif sama seperti bila mengkonsumsi obat untuk
mencegah mabuk laut (Schmid et al. 1994).
Jahe tidak mengandung
lemak dan gula sehingga dapat ditambahkan pada produk makanan untuk
meningkatkan aroma tanpa penambahan kalori. Di India dan China, teh jahe yang
dibuat dari jahe segar tidak hanya mengurangi berat badan tetapi dapat membantu
pencernaan. Enzim jahe dapat mengkatalisa protein di dalam pencernaan sehingga
tidak menimbulkan mual. Bubuk jahe dapat digunakan sebagai obat-obatan untuk
produksi obat-obatan herbal dalam pengobatan demam dingin. Jahe segar telah
digunakan dalam produksi anggur jahe dan jus yang digunakan sebagai minuman.
Ada beberapa perusahaan swasta, yang terlibat dalam pembuatan pasta jahe dan
produk berbasis jahe. Produk-produk dari jahe seperti teh jahe digunakan
sebagai karminatif dan mengobati demam, di China digunakan sebagai tonik. Di
Inggris, jahe ditambahkan pada bir untuk mengobati diare, mual dan muntah.
Ekstrak jahe dicampur dengan asiatikosida dari pegagan dapat mengurangi
selulit. Jahe dikenal mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang akan
membantu menetralisir radikal bebas dan dapat menghambat kolagenase elastisitas
pada kulit sehingga dapat digunakan sebagai antiselulit (Murad dan Marina
2002).
E. Kandungan Bioaktif
Rasa khas jahe
pada oleoresin jahe merah disebabkan adanya komponen non volatil, sedangkan
aromanya ditimbulkan oleh adanya komponen volatil yaitu minyak atsiri jahe
merah. Adanya flavor dan aroma khas jahe pada oleoresin jahe merah dikarenakan
ekstraksi dengan pelarut mampu mengekstrak hampir semua komponen volatil dan
non volatil yang terkandung dalam bubuk jahe merah kering. Jumlah minyak atsiri
dalam oleoresin mempengaruhi kualitas oleoresin karena minyak atsiri yang
bersifat volatil sangat menentukan aroma oleoresin tersebut. Semakin banyak
kandungan minyak atsiri dalam oleoresin maka kualitas oleoresin semakin baik
(Lestari, 2006).
Senyawa bioaktif
yang terkandung dalam rimpang jahe, yaitu senyawa phenolic (shogaol dan gingerol) dan minyak atsiri, seperti
bisapolen, zingiberen, zingiberol, curcurmen, 6-dehydrogingerdion,
galanolakton, asam gingesulfonat, zingeron, geraniol, neral,
monoakyldigalaktosylglykerol, gingerglycolipid. Senyawa zingeberen, merupakan
senyawa yang sangat penting mengingat akan memberikan aroma pedas pada jahe.
Beberapa senyawa bioaktif yang tekandung dalam jahe tersebut dapat diperoleh
dari beberapa varitas, seperti jahe gajah, jahe merah dan jahe emprit.
(Supriyanto dan Cahyono, 2012).
Oleoresin
jahe mengandung komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu gingerol sebagai
bahan utama, shogaol dan zingeron dalam jumlah sedikit. Jahe kering mengandung
oleoresin yang terdiri dari gingerol, zingiberol, shagaol dan zingiberen
sekitar 0,5-5,3%. Jahe segar 0,4-3,1%, tergantung umur panen dan tumbuhnya.
Semakin tua umur umbi akar jahe besar kandungan oleoresinnya. Di dalam
oleoresin terdapat persenyawan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan rasa
pedas dan zingiberol sekitar 0,04% (Lestari, 2006).
F. Panen dan Pasca Panen
1. Panen
a. Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan tergantung dari
penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka
tanaman jahe sudah bias ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara
mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.
Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe
dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara
10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan
batang semua mengering. Misal
tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama
15 hari atau lebih.
b. Cara Panen
Cara panen yang baik, tanah
dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan
jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang
menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe
dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat
penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi
melainkan agak disebar.
c. Periode Panen
Waktu panen sebaiknya dilakukan
sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya
ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak
sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya
rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif
karena lebih banyak kadar airnya.
d. Perkiraan Hasil Panen
Produksi rimpang segar untuk klon
jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit
atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.
2. Pasca Panen
a. Sortasi Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan
untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma.
Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam
wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika
perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika
masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari
pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung
didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena
dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit.
Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar
sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam
wadah plastik/ember.
b. Perajangan
Jika perlu proses perajangan,
lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan
talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm
– 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember.
Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
c. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang
dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan
dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan
rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira
setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari
air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa
mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC.
Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa
rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang
dihasilkan.
d.
Penyortiran Kering.
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada
bahan yang telah dikeringkan dengan
cara
memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau
kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk
menghitung rendemennya).
e.
Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering
dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara
(belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah
tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode
penyimpanannya.
f.
Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak
lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik
dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan
kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari
sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
DAFTAR PUSTAKA
USU Press. Medan.
Hernani dan
Winarti,Christina.(tidak diterbitkan). Kandungan
Bahan Aktif Jahe
Dan Pemanfaatannya Dalam Bidang Kesehatan. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Hal. 125-142
Lestari,
W.E.W. 2006. Pengaruh Nisbah Rimpang dengan Pelarut dan Lama Ekstraksi Terhadap
Mutu Oleoresin Jahe Merah (Zingiber
officinale var. rubrum). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sembiring,Bagem S dan Yuliani,Sri.(tidak
diterbitkan). Penanganan Dan Pengolahan
Rimpang Jahe Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Hal 111-124.
Supriyanto dan B.
Cahyono. 2012. Perbandingan Kandungan Munyak Atsiri Antara Jahe Segar dan Jahe
Kering. Chem. Prog. 5(2) : 81-85.
Informasi yang bermanfaat sekali lutviyana...
BalasHapusKamu sudah tahu tentang budidaya jahe kan ?
kamu juga sudah memahami cara menanamnya kan ?
Nah, sekarang saatnya kamu praktekkan dan gunakan ilmumu itu agar lebih bermanfaat lagi...
kamu langsung cari bibit, tanam dan rawat jahe itu hehe.
Bisa jadi 1 sampai 2 tahun mendatang, kamu bisa jadi pengusaha tanaman herbal...
Waallahu A'alam, Insya Allah.
Terimaksih dan kunjungi juga blogku ya.
www.renunganmalam.web.id
www.indooseanografi.net