Kamis, 10 Desember 2015


Penanaganan dari aspek budidaya
Duku merupakan salah satu buah yang mempunyai nilai ekonomi dan merupakan komoditas unggulan yang perlu dilestarikan.  Perbanyakan tanaman duku yang salama ini dilakukan petani adalah dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji.   Sistim ini memiliki beberapa kelemahan, seperti : masa tunggu tanaman untuk berbuah berkisar antara 20-25 tahun.   Selain itu tanaman yang dihasilkan tidak selalu sama kualitasnya dengan tanaman induknya.  Upaya yang bisa ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui sistim perbanyakan vegetatif.

1. Perbanyakan vegetativ dengan metode sambung pucuk
Sambung pucuk adalah bagian pucuk tanaman yang berasal dari biji (batang bawah) dengan entres pohon induk yang telah berproduksi sehingga membentuk suatu tanaman gabungan yang dapat hidup terus dan berproduksi, Sambung pucuk akan menjamin batang atas memiliki kualitas genetik sama dengan induknya, juga dapat memperpendek masa tunggu dimana umur 5-6 tahun sudah berbuah.   Tehnik sambung pucuk mempunyai tingkat keberhasilan (prosentase hidup) yang lebih tinggi dibanding teknik okulasi, karena pohon duku mempunyai kulit yang tipis dan bergetah banyak, sehingga untuk mengambil mata okulasinya agak sulit (mata tunas mudah sobek), sedangkan dengan teknik cangkok duku, bibit yang dihasilkan mempunyai akar yang kurang kokoh dibanding dengan bibit hasil sambung pucuk.
TEKNIK SAMBUNG PUCUK
Persyaratan batang bawah :
- Diameter batang bawah berukuran minimal 1cm
- Tidak terserang hama dan penyakit
- Pertumbuhan subur
Persyaratan batang atas :
- Berasal dari pohon yang sudah berbuah dengan kualitas buah yang baik (bentuk buah sempurna dan manis rasanya).
- Tahan terhadap hama dan penyakit
Peralatan dan bahan yang diperlukan:
1. Pisau tajam, untuk memotong dan membelah batang bawah
2. Tali plastik untuk mengikat sambungan
3. Sungkup (untuk menutup hasil sambung pucuk agar tidak terkena langsung sinar matahari dan hujan)
Langkah-langkah penyambungan
1, Siapkan batang bawah yang sudah memenuhi persyaratan untuk dilakukan penyambungan
2. Bagian atas batang bawah dipotong dan ujungnya di belah (3-5cm)
3. Ujung pucuk batang atas (ukuran sama dengan batang bawah) dipotong membentuk mata kapak sepanyang 5 – 10 cm, daun pada batang atas dapat dibuang atau dipotong separuh, untuk mengurangi penguapan.
4. Potongan batang atas yang sudah disiapkan tadi disisipkan pada batang bawah,ikat dengan tali plastik.
5. Sambungan ditutup dengan kantong plastik, mulai dari ujung batang atas sampai batas sambungan dengan batang bawah dan ikat rapat.
6. Lakukan penyiraman secara teratur pada bagian akar batang bawah
7. Setelah 2 minggu, lakukan pemeriksaan, jika sambungan tetap segar maka sambungan berhasil, tapi jika layu berarti sambungan gagal.
8. Bila pucuk baru tumbuh, plastik penutup dapat di buka, dan jika sambungan sudah cukup kuat (lebih kurang 1- 1.5 bln setelah penyambungan) tali pengikat sambungan dapat di lepas.
9. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan berupa pemupukan 2 minggu sekali 5-10 gram per pohon, penyiraman 2 hari sekali, penyiangan, pengendalian OPT secara terpadu.
10. Jika polibagnya kecil, maka diganti dengan polibag yang ukurannya besar 30 X 25 cm
(sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP- Jambi)


2. pencangkokan 
Sediakan pisau tajam atau pisau okulasi untuk alat penyayat, sabut kelapa, kantung plastic, tali pengikat, media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1, dan hormone perangsang pertumbuhan akar Rootone F.  Cabang tanaman yang akan dicangkok dipilih yang ampak akar sudah berukuran sebesar jari manis atau ibu jari kaki, sehat dan tidak ada bagian yang cacat. 

Proses pengerjaannya dengan cara cangkokan:
dimulai dengan mengupas kulitnya sepanjang 2,5 cm. keratin “atas” harus tepat terletak 0,5 cm di atas buku (bekas tumbuh daun atau calon tunas), sedangkan keratin “bawah” 2 cm di bawah buku. Karena disinilah akar cangkokan lekas tumbuh. Setelah kulitnya terkelupas, kambiumnya dikerok sampai bersih. Olesi luka sayatan dibagian atas dengan Rootone F, lalu diberi media sabut kelapa atau mos, ditutup plastic dan diikat tali. 

Kalau tidak turun hujan, bibit cangkokan yang masih berada di pohon itu harus disiram setiap hari. Sebulan kemudian, tampak akar cangkokan sudah mulai bermunculan dari sela-sela media. Kalau akarnya sudah berwarna kecokelatan, bibit cangkokan yang berada di pohon itu bisa dipotong. 

Selanjutnya bibit itu disemai selama 3 – 4 bulan di tempat teduh atau tempat penyemaian khusus, sebelum siap ditanam di kebun. Penyemaian dilakukan dalam kantong plastik hitam atau polybag berukuran 14 cm x 18 cm, berisi media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 ditambah 5 gram NPK per kantong. Pemupukan tambahan NPK dilakukan sebulan sekali. 

3. Pembiakan vegetativ dengan cara okulasi 
Pada perbanyakan secara okulasi diperlukan bibit batang bawah berasal dari biji yang sudah berumur di atas dua tahun, kondisinya sehat dan ukuran batangnya minimal sudah sebesar jari telunjuk. Sebagai calon bibit tempelnya dipilih mata okulasi dari cabang pohon induk yang besaranya seukuran dengan bibit batang bawahnya, kulitnya sudah hijau keabuan atau kecokelatan, mata tunasnya sudah menonjol atau terlihat pecah. 
Kalau mata tunas pada cabang itu masih terlihat rata, ujung cabang di atas mata okulasi yang akan di pergunakan itu bisa di potong agar cepat tumbuh menonjol. Tunggu selama 15 hari. Kalau ternyata mata tunas yang rata sudah kelihatan menonjol atau pecah, mata tunas itu tinggal di sayat untuk di pindah tempelkan. Cara penyayatannya, kulit dikupas kira-kira 1 cm dari mata tumbuhnya. 
Bibit batang bawah yang akan ditempeli mata tunas itu dikupas kulitnya pada bagian setinggi 15 cm dari permukaan tanah. Pengupasannya di lakukan melintang dengan ukuran sebesar sayatan kulit mata okulasinya, panjangnya 3 cm, lalu hasil sayatannya di buang 2/3-nya.  Segera mata okulasi itu di tempelkan. Sisa kupasan kulit bibit batang bawah ditutupkan pada mata okulasi lalu di ikat erat-erat pakai tali, tapi jangan sampai mata tunasnya tertutup ikatan talinya.
Taruh bibit yang baru di sambung itu di tempat teduh. Sekitar 3-4 minggu kemudian balutan talinya di buka. Kalau warna kulit okulannya masih hijau, berarti pekerjaan pembibitan secara okulasi itu berhasil.  Sepuluh hari kemudian batang di atas tempelan dipatahkan. Seteah mata tunas okulasi tumbuh setinggi 10-20 cm, batang atas yang telah di patahkan itu di potong habis. Selanjutnya bibit itu bisa di pindahkan dalam polybag yang lebih besar, lalu di semai selama 3-4 bulan seperti hal nya bibit cangkokan.

Penananganan  pasca panen
Panen duku merupakan suatu kegiatan yang dinanti-nanti oleh petani duku untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, yaitu produksi duku yang melimpah. Tentunya produksi yang melimpah ini tidak terlepas dari penerapan budidaya duku yang benar. Panen buah duku harus memperhatikan tingkat kematangan buah yang tepat untuk menjaga kesegaran buah sehingga buah duku sampai kepada konsumen dalam keadaan buah duku masih bermutu baik. Ciri-ciri buah duku yang tepat untuk dipanen , yaitu ukuran buah mencapai maksimal ; berumur empat bulan dihitung dari bunga muncul; kulit buah berubah warna dari warna hijau menjadi warna kecoklatan; mengeluarkan aroma khas buah duku. Panen duku sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca terang atau tidak hujan, supaya buah duku tidak kena basah atau lembab. Panen duku dilakukan dengan memotong ujung percabangan dibawah tangkai buah minimal sepanjang 20 cm. Buah duku yang telah dipanen diturunkan dengan hati-hati tidak boleh dijatuhkan karena buah akan rusak atau memar. Buah duku ketika dipetik tidak boleh dilepas berongsongnya. Panen pertama tanaman duku umumnya dilakukan pada umur sekitar lima tahun dengan produksi sekitar 5 kg/pohon/tahun. Untuk tahun berikutnya produksi duku meningkat sehingga mencapai 175 – 200 kg/pohon/tahun.
Buah duku yang telah dipetik harus segera diangkut dari kebun ke tempat pengumpulan buah. Mungkin tidak menjadi masalah, jika jarak dari areal kebun ke tempat pengumpulan tidak jauh. Namun sebaliknya, bila jarak tersebut cukup jauh, perlu disiapkan cara dan alat khusus untuk mengangkut buah duku tersebut agar tidak rusak sampai ke tempat tujuan.
Sebelum diangkut , sebaiknya buah duku dimasukkan dalam wadah , misalnya keranjang bambu, karung goni. Untuk pengangkutan buah duku harus tetap dijaga jangan sampai terkena benturan dengan benda lain sehingga menimbulkan memar yang mengakibatkan menurunnya kualitas buah duku.
Tempat pengumpulan berfungsi sebagai tempat untuk menerima buah duku yang berasal dari petani buah duku. Peralatan yang perlu disediakan ditempat pengumpulan , antara lain timbangan, meja sortasi dan alat-alat pengemasan. Untuk menjaga kesegaran buah duku , diusahakan agar buah duku tidak terkena secara langsung cahaya matahari. Karena itu, tempat pengumpulan sebaiknya perlu dilengkapi dengan atap. Kegiatan yang sering dilakukan ditempat pengumpulan ,antara lain sortasi, grading dan pengemasan.
Dalam skala usaha komersial, buah duku yang sudah dipanen harus disortir terlebih dahulu. Sortasi dilakukan berdasarkan ukuran buah duku, sekaligus juga membuang buah duku yang busuk atau cacat serta membuang tandannya. Buah duku tidak bisa dijual bila masih ada tandannya atau tangkainya, karena orang lebih suka membeli duku tanpa ada tandan atau tangkainya.
Grading dilakukan untuk mengelompokkan buah duku yang seragam baik ukuran maupun kualitasnya, sehingga akan mempermudah penyusunan pada saat pengemasan. Kegiatan grading ini dapat menambah daya tarik buah duku, sehingga konsumen tertarik untuk membelinya. Sistem sortasi dan grading bermanfaat bagi penjual sekaligus konsumen buah. Sortasi dan grading dapat merangsang petani dan penjual untuk menghasilkan buah yang berkualitas, sehingga bisa meningkatkan usahanya. Bagi konsumen juga akan merasakan kemudahan untuk membeli buah duku sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan.
Untuk melindungi buah duku agar tidak rusak selama pengangkutan, perlu dilakukan pengemasan yang baik. Dengan melakukan pengemasan , maka konsumen akan memperoleh buah yang masih baik dan tidak busuk, sehingga mutu buah tetap terjaga baik dan harga jualnya tidak turun. Keuntungan lainnya dari kegiatan pengemasan dapat mempermudah pengangkutan dan pemindahan dari satu tempat ke tempat lain.
Ada dua jenis bahan yang biasa dipakai untuk pengemasan duku, yaitu kayu dan karton. Gunakan peti kayu berukuran 37,5 cm x 32 cm x 27,5 cm dengan lubang ventilasi diantara papan satu dengan papan yang lainnya. Peti kayu sebaiknya dibuat dari papan kayu yang lunak, ringan,dan harganya murah. Sedangkan pengemasan duku dengan jenis bahan karton berukuran 34 x 32 x 27,5 cm dengan lubang udara pada sisi tegaknya saja. Jumlah lubangnya sekitar 3 – 4 lubang dengan diameter 2 cm. Untuk menghindari gesekan antara buah duku dengan dinding kemasan , pada bagian alas kotak perlu diberi lapisan jerami atau guntingan kertas. Bahan lapisan tidak dianjurkan menggunakan daun-daun atau bahan lain yang mudah berjamur sebagai alas, karena akan mempercepat pembusukan pada buah duku.

         Pengangkutan merupakan salah satu bagian penanganan pascapanen. Pengangkutan yang baik dapat mengurangi kerusakan yang ditimbulkan selain pengangkutan, sehingga buah duku sampai ditangan konsumen masih dalam keadaan segar. Syarat yang diperlukan untuk pengangkutan yang baik , antara lain hindari suhu panas dalam pengangkutan ; cara penyusunan kemasan dilakukan sebaik mungkin; pengangkutan dilakukan dengan cepat ; dan waktu pengangkutan sebaiknya pada malam hari agar terhindar dari terik matahari.

0 komentar:

Posting Komentar